Dr. H. I Putu Diatmika, M.Biomed, SpKJPsikiater RSJ Mutiara Sukma

Bunuh diri (suicide) berasal dari kata latin self-murder, merupakan suatu tindakan fatal yang membuat diri seseorang mati. Ada rentang waktu antara berpikir bunuh diri dan melakukan/tindakannya. Beberapa orang merencanakan berhari-hari, berminggu-minggu, atau bertahun-tahun sebelum melakukannya, dan yang lain melakukannya karena impulsif tanpa dipersiapkan lebih dahulu.

Perilaku bunuh diri merujuk pada kejadian dari adanya upaya bunuh diri, yang didefinisikan sebagai suatu tindakan mencederai diri sendiri dengan niat untuk mengakhiri kehidupan orang itu sendiri. Perilaku bunuh diri memiliki rentang dari tindakan fatal (completed suicide), sampai pada upaya bunuh diri yang sangat letal dan gagal (dimana bukti menunjukkan adanya kejadian yang tidak biasa), sampai pada upaya-upaya dengan tingkat kematian yang rendah (biasanya upaya-upaya impulsif yang dipicu oleh adanya stress sosial, sifat ambivalen, dan mengandung elemen yang kuat untuk meminta pertolongan.

Lebih dari 90% korban bunuh diri atau pelaku upaya bunuh diri memiliki gangguan jiwa yang dapat didiagnosis. Sekitar 60% dari semua bunuh diri yang terjadi disebabkan oleh gangguan mood, dan sisanya berhubungan dengan berbagai gangguan psikiatrik lainnya, termasuk skizofrenia, alkoholisme, penyalahgunaan zat dan gangguan kepribadian .

Dari data yang diperoleh pada Unit Gawat Darurat di United States, pasien yang memiliki resiko tinggi mengalami perilaku bunuh diri adalah ketergantungan zat, depresi, gangguan tingkah laku, dan impulsivitas. Data ini mencatat bahwa sebanyak 25 % dari pasien yang pernah melakukan tindakan bunuh diri sebanyak 5-10% akhirnya meninggal.

Pada Remaja ada suatu gangguan jiwa yang mendasari tindakan bunuh diri, yaitu gangguan kepribadian emosional tidak stabil tipe ambang (Borderline) terjadi tindakan bunuh diri, dengan salah satu gejalanya yaitu tindakan mencederai diri sendiri, mutilasi diri, kecelakaan atau perkelahian fisik yang berulang-kali.

Angka kematian bunuh diri pada gangguan kepribadian ambang (Borderline Personality) sama dengan Skizofrenia dan gangguan mood lain yaitu berkisar antara 3-10% yang 50 kali lebih tinggi dari populasi umum di Pittsburgh. Sedangkan pada Unit Gawat Darurat, pasien dengan gangguan kepribadian ambang yang mencederai dirinya setengahnya dalam kondisi fatal sedangkan yang dirawat memiliki riwayat usaha bunuh diri rata-rata 3 sampai 4 kali sepanjang hidupnya.

Self-harm (Bunuh Diri) tidak hanya akibat adanya gangguan psikiatri yang mendasari, tetapi merupakan perilaku yang berkembang melalui 3 fase sebagai berikut:

  1. Fase pre-motivasional (disini terdapat faktor-faktor yang melatar-belakangi dan kejadian-kejadian pencetus yang mempengaruhi biososial seseorang)
  2. Fase motivasional (disini terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan terbentuknya pemikiran bunuh diri dan keinginan mengakhiri hidup)
  3. Fase volisional (disini terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan perpindahan dari pikiran ke aksi bunuh diri).

Meskipun ada banyak alasan bunuh diri, namun tanda seseorang ingin bunuh diri bisa terlihat dalam satu atau lebih perilaku dibawah ini yaitu:

  1. Putus asa dan depresi.

Jika seseorang terlihat putus asa dan depresi, ini bisa menjadi suatu pertanda ke arah bunuh diri. namun tidak semua orang yang mengalami keputusaasaan dan depresi berujung pada bunuh diri, ini merupakan salah satu tanda awal saja. Sikap mulai menarik diri dan menutup diri serta terasing secara sosial setelah mendapatkan masalah, perlu menjadi perhatian serius. Jangan sampai mereka yang sedang depresi dan putus asa berada dalam situasi kesepian. Beberapa ungkapan seperti menyatakan dirinya tidak berguna, perlu ditanggapi.

  1. Perasaan kehilangan

Seseorang yang secara tiba-tiba kehilangan sesuatu, entah orang yang disayangi ataupun kehilangan pekerjaan juga memerlukan perhatian yang lebih serius. Ini juga merupakan salah satu tanda awal dari terjadinya bunuh diri.

  1. Bicara tentang ingin mati atau bunuh diri

Jangan menertawakan atau mengabaikan ketika seseorang mengatakan ingin mati, atau bahkan mengungkapkan ingin bunuh diri. Meskipun ungkapan tersebut hanya diucapkan sambil lalu. Ini bisa jadi ungkapan hatinya yang terdalam yang harus mendapat respon secepatnya.

  1. Percobaan bunuh diri

Ini merupakan tanda yang cukup serius jika seseorang pernah satu atau beberapa kali mencoba bunuh diri namun tidak berhasil. Beberapa kasus yang lebih ringan, seperti sikap yang bermain-main dengan maut dan tidak takut mati.

  1. Membuat wasiat

Meskipun warisan direncanakan sejak awal, tapi jika dalam situasi tertentu yang tidak lazim, seseorang yang ingin bunuh diri akan mulai membuat surat wasiat dan membagi barang-barang berharganya.

Bagaimana Menangani kasus bunuh diri pada remaja dengan masalah kepribadian emosiaonaltidak stabil tipe ambang :

Langkah pertama dalam menangani resiko bunuh diri pada orang dengan gangguan kepribadian ambang adalah dapat mendiagnosa dengan tepat gangguan ini. Terapi utama gangguan kepribadian ambang adalah psikoterapi sedangkan psikofarmaka atau obat-obatan hanya sebagai pelengkap. Pasien dengan percobaan bunuh diri seharusnya dirawat inapkan. Kejadian percobaan bunuh diri yang berulang harus selalu dianggap sebagai suatu kondisi khusus, walaupun pasien menganggap bahwa tindakannya tersebut tidak mengancam jiwanya.

Pada gangguan kepribadian ambang dengan riwayat percobaan bunuh diri sangat penting untuk memastikan keselamatan pasien di lingkungannya. Suatu tindakan pencegahan merupakan suatu bentuk efektif dimana pada pasien yang mempunyai riwayat mencederai diri namun bukan bertujuan untuk bunuh diri maupun yang mempunyai riwayat bunuh diri secara langsung dapat menjauhkan semua barang-barang miliknya yang berbahaya dari rumah.