Oleh : Dr. Julita Indriati dan Dr. Dedianto Hidajat, SpKK, FINSDV

Sejak mewabahnya virus Covid-19 dan dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO, banyak upaya pencegahan terhadap penularan virus ini dikemukakan oleh berbagai pihak. Upaya-upaya ini antara lain menjaga jarak, cuci tangan secara teratur, penggunaan masker kain, desinfektan pada benda mati hingga aktivitas berjemur. Sayangnya, masih ada informasi yang kurang tepat yang menyebar di masyarakat dan menimbulkan kebingungan, salah satunya adalah aktivitas berjemur.

            Aktivitas berjemur adalah suatu aktivitas individu yang sejatinya memaparkan bagian tubuh kita secara langsung dengan sinar matahari alami. Sejauh pengamatan penulis, ada dua informasi utama yang berkembang di masyarakat terkait aktivitas berjemur dan wabah virus ini. Pertama, aktivitas berjemur dapat mematikan virus ini, sayangnya informasi ini adalah tidak benar. Kedua, aktivitas berjemur dapat meningkatkan imunitas tubuh kita melawan virus ini, terutama di siang hari antara jam 10 sampai jam 2 siang. Sayangnya informasi ini juga kurang tepat.  

Ada 3 hal penting terkait aktivitas berjemur yaitu vitamin D, sinar matahari dan imunitas tubuh. Pertama yang dibahas adalah vitamin D. Manfaat vitamin D bagi kesehatan adalah mengurangi peradangan, mencegah osteoporosis serta menjaga kekebalan atau imunitas tubuh terhadap penyakit infeksi. Kadar vitamin D ditentukan oleh berbagai faktor antara lain usia, warna kulit, paparan sinar matahari, riwayat penyakit tertentu pada saluran pencernaan, ibu hamil dan menyusui.  Sebagai contoh usia, semakin tua seseorang akan semakin rendah kadar vitamin D-nya. Nah, kadar vitamin D yang cukup bisa didapatkan dari berbagai sumber selain sinar matahari, antara lain daging ikan salmon, tuna, mackerel, minyak hati ikan, keju, kuning telur, susu dan sereal terfortifikasi. Selain itu, juga dari jamur, brokoli, wortel, apel, pisang. Kesemua sumber ini dalam tubuh kita tidak langsung bekerja begitu saja menjadi vitamin D yang aktif, namun harus diaktifkan dulu oleh hati dan ginjal kita.

            Nah sampai disini sudah jelas yah, bahwa paparan sinar matahari hanya salah satu sumber vitamin D yang bekerja untuk meningkatkan imunitas tubuh kita.

Lalu, apakah berjemur masih dibutuhkan ?. Baiklah kita lanjut ya. Sinar matahari ada dua sumber yaitu sinar matahari alami dan buatan, atau yang dikenal sebagai fototerapi untuk pengobatan penyakit kulit. Sinar matahari alami, sinar ultraviolet (UV) punya 5 panjang gelombang yaitu UVA,UVB,UVC, inframerah dan sinar tampak. Kesemua panjang gelombang ini dipancarkan setiap harinya dan menembus lapisan atmosfer sampai ke bumi, kecuali sinar UVC.  UVB berperan dalam pembentukan vitamin D di kulit kita. Memang UVB ini intensitasnya lebih tinggi dibandingkan yang lain pada jam 10 -14, sayangnya di jam-jam seperti ini, intensitasnya 50 kali lipat lebih tinggi dibandingkan sebelum dan sesudahnya. UVB ini memiliki dua efek yaitu yang menguntungkan dan merugikan. Hanya ada satu efek menguntungkan yaitu berperan dalam pembentukan vitamin D oleh kulit kita. Selebihnya, adalah terjadinya sunburn / kulit terbakar, penuaan dini, kanker BAHKAN imunosupresi atau menekan sistem imunitas tubuh kita. Nah lho…malah menekan, bukan meningkatkan.

            Jadi masih perlu berjemur? Jawabnya masih. Namun ada yang perlu diperhatikan dalam berjemur, antara lain usia, warna kulit, kondisi kesehatan atau riwayat penyakit pribadi, indeks UV, posisi garis lintang dimana kita berada, dan kondisi cuaca. Usia, biasanya semakin tua aktivitas kita diluar ruangan semakin sedikit, jadi perlu berjemur. Semakin gelap warna kulit biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk berjemur. Berjemur tidak cocok untuk berbagai kondisi kesehatan.  Sebagai contoh penyakit kulit seperti jerawat, melasma, atau lupus bertambah buruk apabila berjemur. Silahkan konsultasi lebih lanjut dengan dokter anda terkait hal ini. Selanjutnya,  indeks UV, ini merupakan indeks yang menentukan intensitas atau kadar paparan sinar UV secara keseluruhan sepanjang hari, tercantum di bagian bawah aplikasi bawaan di smartphone kita namanya weather. Bila kita mau berjemur, disarankan pada indeks UV 3.

Kita bersyukur hidup di Indonesia, khususnya di Mataram, NTB, karena masih di wilayah garis khatulistiwa, yang artinya walaupun cuaca yang berawan maupun mendung, tapi sinar matahari tetap melimpah ruah. Jangan dibandingkan dengan orang yang hidup di belahan bumi Utara atau Selatan sana, jelas intensitas sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi nya juga akan berbeda.

Penelitian tentang efektivitas berjemur di Indonesia sendiri masih dalam proses. Nah sementara itu, bagaimana dong? Tidak perlu khawatir berlebihan. Berdasarkan penelitian yang sudah ada dan mempertimbangkan kondisi di Indonesia secara umum, aktivitas berjemur dapat dilakukan pada pagi hari sebelum jam 10 atau sore hari diatas jam 3, jangan lupa cek indeks UV. Dilakukan 2-3 kali dalam seminggu dengan 5-15 menit,  gunakan tabir surya minimal SPF 30 pada wajah. Cukup area lengan dan tungkai terbuka dengan menggunakan kaus dan celana pendek berwarna terang.

Nah setelah membaca artikel ini, yakin nggak masalah berjemur siang-siang ?

Korespondensi: dedianto@unram.ac.id